C H A P T E R

Cerita Catharsis
Kehidupan manusia yang dinamis, mengantarkan manusia pada pola kehidupan yang relative kompleks dan semakin mendesak manusia berhadapan dengan kenyataan bahwa manusia memiliki keterbatasan. Kondisi tersebut memicu munculnya rasa frustasi dan cenderung bersifat agresif. Setiap emosi dan sikap agresif tersebut lambat laun akan menumpuk dan harus segera di salurkan. Dalam keadaan tersebut, tidak semua emosi dan agresi tersebut bisa disalurkan secara nyata dan dibutuhkan satu cara aman untuk pelampiasan atau penyaluran. Katharsis yang merupakan penyaluran emosi dan agresi yang berupa kekesalan, kesedihan, kebahagiaan, impian dan lainnya ini dilakukan dengan pengalaman wakilan (Vicarious experience) seperti mimpi, lelucon, fantasi atau khayalan. Dalam konteks ini, seseorang tidak melakukan penyaluran emosi dan agresi-nya secara nyata oleh individu tersebut, melainkan dilakukan hanya melihat atau membayangkan sesuatu tersebut dilakukan, atau dengan istilah lain yaitu pengalaman wakilan.